Pintar Pelajaran Kesultanan / Kerajaan Samudera Pasai : Sejarah, Peninggalan, Pendiri, Letak, Peta, Kemunduran, Runtuhnya
Artikel dan Makalah perihal Kesultanan / Kerajaan Samudera Pasai : Sejarah, Peninggalan, Pendiri, Letak, Peta, Kemunduran, Runtuhnya - Pedagang Persia, Gujarat, dan Arab pada awal kurun ke-12 membawa aliran Islam aliran Syiah ke pantai Timur Sumatera, terutama di negera Perlak dan Pasai. Saat itu aliran Syiah berkembang di Persia dan Hindustan apalagi Dinasti Fatimiah sebagai penganut Islam aliran Syiah sedang berkuasa di Mesir. Mereka berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan Dinasti Mamluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitu pula di pantai Timur Sumatera. (Baca juga : Kerajaan Islam di Indonesia)
Gambar 1. Peta Lokasi Kesultanan / Kerajaan Samudera Pasai. (Wikipedia Commons) |
Utusan Mamluk yang berjulukan Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah menjelma aliran Syafi’i. Sultan Malikul Saleh digantikan oleh putranya yang berjulukan Sultan Malikul Zahir, sedangkan putra keduanya yang berjulukan Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah. Saat Majapahit melaksanakan ekspansi imperium ke seluruh Nusantara, Samudera Pasai berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Berikut ini yaitu urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
(a) Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).
(b) Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
(c) Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
(d) Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
(e) Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
(f) Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.
Adanya Samudera Pasai ini diperkuat oleh catatan Ibnu Batutah, sejarawan dari Maroko. Kronik dari orang-orang Cina pun mengambarkan hal ini. Menurut Ibnu Batutah, Samudera Pasai merupakan sentra studi Islam. Ia berkunjung ke kerajaan ini pada tahun 1345-1346. Ibnu Batutah menyebutnya sebagai “Sumutrah”, ejaannya untuk nama Samudera, yang kemudian menjadi Sumatera.
Ketika singgah di pelabuhan Pasai, Batutah dijemput oleh laksamana muda dari Pasai berjulukan Bohruz. Lalu laksmana tersebut memberitakan kedatangan Batutah kepada Raja. Ia diundang ke Istana dan bertemu dengan Sultan Muhammad, cucu Malik as-Saleh. Batutah singgah sebentar di Samudera Pasai dari Delhi, India, untuk melanjutkan pelayarannya ke Cina.
Sultan Pasai ini diberitakan melaksanakan korelasi dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman. Diberitakan pula, bahwa terdapat pegawai yang berasal dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang mengabdi di istana Pasai. Oleh alasannya itu, karya sastra dari Persia begitu terkenal di Samudera Pasai ini. Untuk selanjutnya, bentuk sastra Persia ini kuat terhadap bentuk kesusastraan Melayu kemudian hari.
Berdasarkan catatan Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai semenjak seabad yang lalu, jadi sekitar kurun ke-12 M. Raja dan rakyat Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafei. Setelah setahun di Pasai, Batutah segera melanjutkan pelayarannya ke Cina, dan kembali ke Samudera Pasai lagi pada tahun 1347. Bukti lain dari keberadaan Pasai yaitu ditemukannya mata uang dirham sebagai alat-tukar dagang. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang memerintah Kerajaan. Nama-nama sultan (memerintah dari kurun ke-14 sampai 15) yang tercetak pada mata uang tersebut di antaranya: Sultan Alauddin, Mansur Malik Zahir, Abu Zaid Malik Zahir, Muhammad Malik Zahir, Ahmad Malik Zahir, dan Abdullah Malik Zahir.
Pada kurun ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 sampai tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh yaitu Sultan Ali Mughayat.
Sultan Pasai ini diberitakan melaksanakan korelasi dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman. Diberitakan pula, bahwa terdapat pegawai yang berasal dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang mengabdi di istana Pasai. Oleh alasannya itu, karya sastra dari Persia begitu terkenal di Samudera Pasai ini. Untuk selanjutnya, bentuk sastra Persia ini kuat terhadap bentuk kesusastraan Melayu kemudian hari.
Berdasarkan catatan Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai semenjak seabad yang lalu, jadi sekitar kurun ke-12 M. Raja dan rakyat Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafei. Setelah setahun di Pasai, Batutah segera melanjutkan pelayarannya ke Cina, dan kembali ke Samudera Pasai lagi pada tahun 1347. Bukti lain dari keberadaan Pasai yaitu ditemukannya mata uang dirham sebagai alat-tukar dagang. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang memerintah Kerajaan. Nama-nama sultan (memerintah dari kurun ke-14 sampai 15) yang tercetak pada mata uang tersebut di antaranya: Sultan Alauddin, Mansur Malik Zahir, Abu Zaid Malik Zahir, Muhammad Malik Zahir, Ahmad Malik Zahir, dan Abdullah Malik Zahir.
Pada kurun ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 sampai tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh yaitu Sultan Ali Mughayat.
Anda kini sudah mengetahui Samudra Pasai. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.
0 Response to "Pintar Pelajaran Kesultanan / Kerajaan Samudera Pasai : Sejarah, Peninggalan, Pendiri, Letak, Peta, Kemunduran, Runtuhnya"
Post a Comment